Berita

Peringati Hari Bumi, Menhut Lepasliarkan 6 Orangutan Di Hutan Kehje Sewen

Selasa, 22 Apr 2025 | Siaran Pers

peringati-hari-bumi-menhut-lepasliarkan-6-orangutan-di-hutan-kehje-sewen

SIARAN PERS
Nomor: SP.041/HUMAS/PPIP/HMS.3/04/2025

Dalam rangka memperingati Hari Bumi (22 April 2025), Kementerian Kehutanan bekerja sama dengan Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS) serta sejumlah mitra lainnya, melepasliarkan lima individu orangutan hasil rehabilitasi dan satu individu lainnya yang dikembalikan dari Samboja Lestari ke Hutan Kehje Sewen, yang terletak di Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Sejak 2015, sisi selatan Hutan Kehje Sewen telah menjadi lokasi pelepasliaran orangutan, dan tahun ini, lokasi ini kembali menjadi rumah baru bagi 5 orangutan yang telah menjalani rehabilitasi, serta 1 orangutan yang dikembalikan setelah menjalani perawatan intensif di Samboja Lestari.

Untuk mencapai lokasi tersebut, tim menggunakan berbagai sarana transportasi, mulai dari kendaraan mobil, perahu, hingga tenaga pengangkut untuk membawa kandang transport berisi orangutan ke titik pelepasliaran di hutan. Waktu perjalanan mencapai sekitar 20 jam, yang sangat bergantung pada kondisi lapangan, termasuk kerentanannya terhadap longsor yang dapat memperlambat perjalanan.

Dari enam individu orangutan yang dilepasliarkan, terdapat tiga jantan dan tiga betina. Salah satu orangutan jantan tersebut adalah Uli, yang kini berusia 28 tahun. Uli pertama kali ditemukan pada tahun 2021 setelah memasuki kawasan permukiman di tepi hutan. Ia kemudian diselamatkan oleh tim wildlife rescue dari BKSDA Kalimantan Timur, Seksi Konservasi Wilayah (SKW) III Balikpapan, bekerja sama dengan Yayasan BOS di Samboja Lestari. Setelah menjalani masa rehabilitasi, Uli kini berada dalam kondisi sehat, dengan berat badan mencapai 80 kg, dan siap untuk kembali hidup liar di habitat alaminya.

Sementara itu, Mikhayla, orangutan betina berusia sepuluh tahun sekaligus anggota termuda dalam kelompok pelepasliaran kali ini, diselamatkan di dekat jalan raya Sangatta–Bengalon, tepatnya di dalam konsesi tambang milik PT Kaltim Prima Coal. Saat ditemukan pada 12 Januari 2025, kondisi Mikhayla sangat memprihatinkan, ia mengalami kekurangan gizi parah dan menunjukkan tanda-tanda stres berkepanjangan. Lokasi penemuannya yang sangat dekat dengan jalan utama yang menghubungkan Bengalon dan Muara Wahau menambah ancaman terhadap keselamatannya. Operasi penyelamatan ini merupakan hasil kolaborasi erat antara Kementerian Kehutanan dengan beberapa mitra yakni, Yayasan BOS (BOSF), Centre for Orangutan Protection (COP), dan Conservation Action Network (CAN). Setibanya di Samboja Lestari, Mikhayla segera menerima perawatan medis intensif, termasuk pemberian suplemen nutrisi dan pengobatan cacingan. Setelah tiga bulan menjalani rehabilitasi, kondisinya membaik secara signifikan dan ia kini siap memulai babak baru kehidupannya di Hutan Kehje Sewen.

Selain itu, salah satu orangutan betina yang juga dilepasliarkan kembali ke Hutan Kehje Sewen adalah Mori. Mori sebelumnya telah dilepasliarkan pada tahun 2019, namun harus kembali ke Samboja Lestari pada tahun 2020 untuk menjalani perawatan intensif. Kini, setelah pulih dan dinyatakan siap, Mori akhirnya dapat kembali ke rumahnya di hutan.

Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Raja Juli Antoni dalam sambutannya menyatakan bahwa pelepasliaran ini bukan sekadar seremoni, namun wujud nyata komitmen semua pihak untuk menjaga warisan alam Indonesia, khususnya spesies yang luar biasa dan sangat penting, yaitu Orangutan Kalimantan.

Menhut menyampaikan bahwa Kementerian Kehutanan berkomitmen untuk terus memperkuat kebijakan konservasi yang berbasis ilmu pengetahuan, pendekatan ekosistem, dan partisipasi masyarakat.

“Melalui program-program seperti restorasi ekosistem, penguatan kawasan konservasi, rehabilitasi satwa liar, dan pemulihan habitat, kami berupaya menghadirkan masa depan yang berkelanjutan bagi manusia dan alam. Kami juga ingin mendorong lahirnya lebih banyak kolaborasi seperti yang kita saksikan hari ini. Konservasi spesies tidak bisa dilakukan hanya oleh Pemerintah, tetapi memerlukan dukungan dan partisipasi semua pihak, guna mengakselerasi tercapainya tujuan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya” ungkap Menhut.

Oleh karena itu, Menhut menekankan partisipasi/peran serta masyarakat penting dan strategis dalam upaya konservasi, begitu juga halnya partisipasi dunia usaha memiliki peran strategis dalam pelestarian spesies.

“Konservasi bukan hanya tentang menyelamatkan spesies, tetapi juga tentang memperkuat hubungan antara manusia dan alam, menjaga warisan bagi anak cucu kita, dan memastikan bahwa hutan kita tetap lestari untuk generasi mendatang," terang Menhut.

Ketua Pengurus Yayasan Bos, Jamartin Sihite pada kesempatan ini juga menyampaikan bahwa pelepasliaran orangutan pada peringatan Hari Bumi ini menjadi pengingat yang kuat bahwa upaya rehabilitasi dan perlindungan satwa liar, khususnya orangutan yang kini berada di ambang kepunahan, adalah tanggung jawab bersama.

Jamartin mengutarakan meski pelepasliaran terus dilakukan, tantangan yang dihadapi masih sangat besar, lebih dari 350 orangutan saat ini masih menunggu masa depan mereka di pusat rehabilitasi yang dikelola BOSF. Oleh karena itu, perlindungan orangutan harus terus dilakukan dengan semangat membangun bumi yang adil dan lestari bagi semua ciptaan.

“Kolaborasi yang erat antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan lembaga konservasi adalah kunci untuk memastikan bahwa hutan tetap menjadi rumah yang aman bagi orangutan dan seluruh kehidupan yang bergantung padanya," terang Jamartin.

Presiden Direktur PT RAPP, Sihol Aritonang juga menyampaikan, "Suatu kehormatan bagi kami untuk mengambil bagian dalam pelepasliaran enam orangutan hari ini, sebagai bentuk kerja nyata mendukung konservasi satwa liar di Indonesia. Melalui kemitraan antara APRIL dan PT RHOI, serta sejalan dengan komitmen keberlanjutan kami dalam APRIL2030. Kami aktif mendukung perlindungan satwa liar yang dilindungi dan terancam punah seperti orangutan Kalimantan serta menjaga kelestarian habitat alaminya."

Kementerian Kehutanan bersama Yayasan BOS memberikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur serta Kabupaten Kutai Kartanegara, dan masyarakat di Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara, atas dukungan dan kerjasamanya. Kementerian Kehutanan juga sangat berterima kasih atas kontribusi dari entitas bisnis seperti PT Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP), unit operasional APRIL Group, PT Bank Central Asia Tbk, dan ⁠ ⁠PT Narkata Rimba, serta para donor individu dari berbagai penjuru dunia yang telah bermurah hati membantu keberlangsungan upaya melindungi dan melestarikan orangutan serta habitatnya.(*)


Balikpapan, Kalimantan Timur, 22 April 2025
Informasi lebih lanjut:

Kepala BKSDA Kalimantan Timur
M. Ari Wibawanto, S.Hut., M.Sc. – 081320973109

Program Manajer Regional Kaltim BOSF
Dr. Aldrianto Priadjati – 08111110747

Komunikasi HQ BOS Foundation
Nur Furqon Bahmid – 087874728242

Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Kehutanan,
Krisdianto, S.Hut., M.Sc., Ph.D.

Website:
www.kehutanan.go.id

Youtube:
Kementerian Kehutanan

Facebook:
Kementerian Kehutanan

Instagram:
Kemenhut

Twitter:
@kemenhut_ri