Berita

Membangun Harmoni dengan Alam: Kementerian Kehutanan Bersama Berbagai Pihak Melaksanakan Penanaman Pohon di Puncak Bogor

Sabtu, 22 Mar 2025 | Siaran Pers

article-11

SIARAN PERS
Nomor: SP.034/HKLN/PPIP/HMS.3/03/2025

Kementerian Kehutanan bersama berbagai pihak menggelar kegiatan penanaman pohon di Naringgul dan PTPN Ex-Warpat Puncak Bogor, sebagai langkah strategis dalam menangani bencana hidrometeorologis dan mengurangi dampak perubahan iklim, pada Sabtu 22 Maret 2025.

Areal Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor dipilih sebagai lokasi penanaman karena daerah Puncak ini merupakan daerah hulu yang menopang ketersediaan air dan mengatur tata air di Provinsi Daerah Khusus Jakarta, Jawa Barat dan hingga ke Provinsi Banten.

"Hari ini, bibit yang sudah disiapkan sebanyak 50.000, yang mungkin bisa mengcover sekitar 200-300 hektare, bergantung pola tanamnya," ujar Menhut Raja Antoni.

Kegiatan ini melibatkan Gubernur Jawa Barat, OPD Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bogor, Pejabat Tinggi Madya dan Pratama di lingkungan Kementerian Kehutanan, Bupati/Walikota, Forkopimda, Camat, PTPN I Regional 2, Perhutani, Asosiasi, Kelompok Tani, serta masyarakat setempat. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak sebagai peserta penanaman sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.

"Insha Allah, Pak Gubernur sudah bilang ke saya, kita akan hijaukan terus ya, Kang. Dan insha Allah, konsistensi semua diharapkan terjaga, ya. Sehingga tidak hanya, seperti apa kata itu, panas-panas tahi ayam ya, rame kalau lagi ada bencana. Nah, ini konsistensinya nih harus dijaga, bareng-bareng kita hijaukan kembali DAS - DAS ini," tutur Menhut.

Selama lima tahun terakhir, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat peningkatan signifikan jumlah bencana hidrometeorologis, dengan lebih dari 5.500 kejadian bencana tercatat pada tahun 2024, dan pada awal tahun 2025 sejumlah wilayah di Indonesia mengalami banjir dan longsor. Salah satu wilayah terdampak banjir dan longsor adalah wilayah Jabodetabekjur akibat alih fungsi lahan yang menyebabkan degradasi ekosistem daerah aliran sungai (DAS).

Penanaman ini tidak hanya dilakukan di hulu DAS Ciliwung, namun juga akan secara simultan dilakuan di DAS Kali Bekasi dan Hulu DAS Cisadane. Penanaman ini dilakukan sepanjang tahun dan dilaksanakan secara simultan oleh para pihak baik di tingkat pusat maupun daerah yang mengurusi Bidang Kehutanan.

Jenis pohon yang ditanam antara lain mahoni, salam, jambu, dan manglid. Jenis pohon ini dipilih karena memiliki sistem perakaran dalam yang mampu meningkatkan penyerapan air, mencegah erosi, serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Sementara itu Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkapkan jika menanam pohon itu bagian dari kewajiban asasi warga bumi, termasuk warga Jawa Barat, karena menurutnya Jawa Barat itu penganut ajaran ideologi pohon. Jadi pohon itu sumber kehidupan.

"Intinya adalah, seluruh areal ekosistem harus dijaga," ujar Gubernur Dedi.

Gubernur Dedi juga mengingatkan jika peristiwa banjir yang beberapa waktu lalu terjadi itu sebenarnya merupakan pertanda dari Tuhan agar mengingatkan manusia untuk bertobat.

"Bahasa saya adalah bertobat ekologi. Artinya, tobat hari ini kita sadarkan untuk kembali lagi berani melakukan tindakan-tindakan yang besar untuk membuka pori-pori tanah dari berbagai bangunan, beton, dan ini bagian dari rangkaian kebijakan yang akan terus dilakukan," jelasnya.

Selain penanaman pohon, kegiatan ini mencakup edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya penghijauan. Kementerian Kehutanan berharap inisiatif ini dapat menginspirasi lebih banyak individu dan organisasi untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam serta menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan sehat.

"Jadi pada dasarnya, kami terus akan bekerja untuk menghijaukan DAS kita, sekaligus tadi memastikan bahwa pohon yang kita tanam, lebih banyak dari yang ditebang," ucap Menhut Raja Antoni.

Pelaksanaan kegiatan penanaman juga selaras dengan Asta Cita Bapak Presiden dan Wakil Presiden, terutama dalam aspek kelestarian lingkungan, ketahanan bencana, dan kesejahteraan sosial. Pembangunan dan konservasi harus berjalan seimbang agar manfaatnya dapat dirasakan oleh generasi mendatang.

Menjaga alam bukan hanya tanggung jawab ekologis, tetapi juga bagian dari kesejahteraan manusia dan nilai spiritual dalam berbagai ajaran agama. Konsep ekoteologi menekankan kesadaran kolektif untuk melindungi lingkungan demi keberlanjutan hidup. Pelestarian hutan dan sumber daya alam bukan sekadar tugas negara, tetapi juga amanah moral dan spiritual bagi setiap individu.(*)


Jakarta, Kemenhut, 22 Maret 2025

Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Kehutanan,
Krisdianto

Website:
www.menlhk.go.id
www.ppid.menlhk.go.id

Youtube:
Kementerian Kehutanan

Facebook:
Kementerian Kehutanan

Instagram:
Kemenhut

Twitter:
@kemenhut_ri